25/09/13

Penyuluhan dan Kajian Daerah Rawan Bencana Tanah Longsor

Di depan tenda pengungsi
Badan Penanggulanggan Bencana Daerah / BPBD Kabupaten Pekalongan mengadakan Penyuluhan dan Kajian Daerah Rawan Bencana Tanah Longsor di Kecamatan Lebakbarang. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada 20 September 2013 di Aula Kecamatan dan Lapangan Kecamatan Lebakbarang.

Peserta berjumlah 40 orang dari desa, aparat kecamatan dan Puskesmas. Peserta diberikan pengetahuan tentang penanggulangan bencana baik dari sisi kebijakan, mitigasi, dampak dan penanggulangan bencana, pertolongan pertama kedaruratan medis serta mekanisme pengajuan bantuan tidak lupa praktek pasang bongkar tenda pengungsi.
Nara sumber dari Dinsosnakertrans

Peserta mengikuti materi penyuluhan di Aula

Peserta

23/09/13

Mahameru dan Cerita Lebakbarang

Pohon menaungi makam di puncak Mahameru
Lebakbarang pada jaman dahulu bernama Kebakbarang yang artinya sebuah tempat atau lembah yang banyak barang atau benda berharganya.
Diceritakan ketika Keraton Yogyakarta dikuasai oleh Belanda, sehingga Pangeran Diponegoro terusir dari istana dan mengadakan perlawanan terhadap Belanda yang terkenal dengan Perang Gerilya pada Tahun 1825 – 1930. 
Sebelum Belanda menduduki istana, ada prajurit istana berhasil menyelamatkan  benda-benda /barang-barang berharga peninggalan Raja Mataram yang akhirnya dibawa ke Mahameru.
Jalan berundak menuju puncak

Dikisahkan pula bahwa  pendatang yang berasal dari daerah Banjarnegara bernama Ki Kerta Jaya dan Ki Angganaya yang mula-mula membuka hutan menjadi tempat tinggal dan lahan untuk bercocok tanam, namun ada satu batang pohon yang tidak bisa di tebang/ dirobohkan  oleh Ki Angganaya karena pohon itu merupakan tempat berkumpulnya para makhluk halus
Maka beliau mengadakan sayembara yang isinya ”Barang siapa yang bisa menebang atau merobohkan pohon tersebut jika perempuan akan dijadikan saudara dan jika laki-laki akan dijadikan menantunya”. 

Akhirnya ada pemuda seorang bernama Ki Semarajaya yang berhasil menebang pohon tersebut. Karena keberhasilannya menghilangkan ranggas atau penghalang beliau mendapat julukan sebagai Ki Rangga Sejati. 

Adapun karena jasa Ki Angganaya beliau diberi gelar oleh masyarakat sekitar dengan julukan Ki Gede Lebakbarang dan sampai sekarang menjadi nama Desa /Kecamatan Lebakbarang.

Ki Kerta Jaya dan Ki Angganaya termasuk prajurit Pangeran Diponegoro, Ki Kerti Jaya pertama kali datang di Lebakbarang pada Tahun 1824 M, yang merupakan orang pertama yang mesanggah di Puncak Mahameru Lebakbarang kemudian disusul oleh keluarganya.

Ki Kerti Jaya dan Ki Angganaya dimakamkan di Puncak Mahameru. Istilah Mahameru berasal dari Aksara Jawa yaitu berasal dari kata ” Mahamara ”  Ma = 16 Ha= 1,  Maha berarti  17 Rakaat.  Ma = 16 Ra = 4, Mara berarti 20 Sifat Wujud Allah. Yang menandakan bahwa yang dimakamkan di puncak Mahameru adalah para Aulia/Wali yang selalu mengamalkan ajaran Islam.
Warga dalam Bersih Makam

Makam itu setiap Bulan Asura dan Bulan Sakban diadakan bersih makam dan selamatan oleh warga sekitar desa Lebakbarang dan juga warga dari luar Desa Lebakbarang.
Makam Ki Kertajaya dan Ki Angganaya

Komplek makam di Puncak Mahameru

Pemandangan jalan menuju makam (tampak dari atas)

Jalan batu berundak, sekarang sudah disemen

22/09/13

Sengkarang, Riak Kehidupan Lebakbarang

Salah satu sungai yang berada di wilayah Lebakbarang adalah Sungai Sengkarang. Daerah aliran Sungai Sengkarang adalah salah satu daerah aliran sungai yang berada di wilayah Kabupaten Pekalongan. Sungai Sengkarang dengan panjang 51,5 km mengalir dari selatan ke utara dan bermuara di Laut Jawa. Sungai Sengkarang mempunyai dua anak sungai di hulu yang terletak di Kecamatan Petungkriyono dan Lebakbarang. Kedua anak sungai tersebut kemudian menyatu di daerah perbatasan antara Kecamatan Wonopringgo dan Kedungwuni. Bagian hulu Sungai Sengkarang adalah kawasan hutan lindung dan pertanian, bagian tengah Sungai Sengkarang adalah kawasan permukiman, pertanian, pertambangan non mineral, perikanan dan industri, sedangkan bagian hilir Sungai Sengkarang adalah kawasan permukiman dan perikanan.

Sungai Sengkarang di wilayah Lebakbarang masih terbilang terpelihara dengan baik. Kegiatan penduduk di hulu sungai tidak membawa dampak yang begitu merusak. Hal ini berbeda dengan kegiatan penduduk di bagian tengah dan hilir. Dibagian tengah dan hilir, kegiatan rumah tangga dan industri memberikan dampak yang cukup menurunkan kualitas daerah aliran sungai.

Kegiatan memancing menjadi kegiatan yang menarik untuk dilakukan di aliran Sungai ini. Beberapa penduduk di sekitar Kapundutan dan Bantarkulon juga melakukan penambangan pasir. Penambangan dilakukan dengan cara sederhana, sehingga tidak berakibat perusakan yang parah.

Aliran sungai ini juga dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik bagi desa di sekitar Sengkarang. Aliran listrik PLN hanya menjangkau sebagian kecil desa di kecamatan, sehingga warga banyak mengusahakan listrik dengan mandiri. Dengan kincir yang bikin perorangan atau dengan pembangunan PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro) dari Bantuan Provinsi yang dikelola oleh desa.

Di Desa Bantarkulon bahkan direncanakan akan dibangun PLTM (Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro) dengan kapasitas 7 Megawatt yang akan dibangun oleh grup PT Tamaris Hydro. Hasil dari pembangkit ini akan disuplai ke jaringan PLN.

Demikian penting peran Sungai Sengkarang sehingga upaya untuk menjaga kualitas aliran sungai ini perlu mendapat perhatian dari sekarang. Ada gerakan masyarakat yang menamakan Paguyuban Peduli Sengkarang yang mulai memperhatikan persoalan kondisi Sengkarang. Upaya menjaga sungai dari tangan tangan tak bertanggung jawab perlu terus dilakukan dan melibatkan berbagai pihak.
Mancing di Sungai Sengkarang

Ikan dari sungai 

Tempat rekreasi

17/09/13

Karya Bhakti TNI, warga bangun jalan tembus Lebakbarang - Petungkriyono

Jalan yang sudah dilebarkan
Mulai tanggal 9 September 2013 di Desa Wonosido dilaksanakan kegiatan Bhakti Karya TNI. Kegiatan direncanakan berlangsung selam 10 hari.
Beberapa ruas jalan diperkeras 
Kegiatan yang dikerjakan berupa membangun jalan desa yang menghubungkan Desa Wonosido dengan Desa Wonodadi Kecamatan Petungkriyono sepanjang 2 km.
Laki laki maupun perempuan turut serta gugur gunung
Pelaksanaannya melibatkan masyarakat, laki laki dan perempuan antusias untuk mendukung kegiatan ini. Jalan penghubung ini semula jalan setapak. Dipelebar menjadi 3 m.
Mencoba membelah batu di tengah jalan
Pelabaran jalan membebaskan tanah warga dengan cara swadaya. Kondisi yang cukup sulit tidak menjadikan halangan. Termasuk adanya batu batu besar sepanjang pelabaran jalan.
Jalan yang lebar

15/09/13

Hasil Pilkades Bulan September

Tanggal 15 September 2013, di Kecamatan Lebakbarang dilaksanakan Pemilihan Kepala Desa di tiga desa yaitu Wonosido, Mendolo dan Bantarkulon. Pilkades ketiga desa tersebut diikuti oleh masing masing dua Calon Kades.

Hasil perolehan suara sebagai berikut :

  1. Desa Wonosido dimenangkan oleg Sugito ( Ketela ) 233 suara sedangkan Wahiri memperoleh 47 suara dan suara tidak sah sebanyak 18. 
    Calon Kepala Desa Wonosido 
  2. Desa Mendolo dimenangkan oleg Kaliri ( Padi ) 216 suara sedangkan Rohim memperoleh 213 suara dan suara tidak sah sebanyak 17. 
    Calon Kepala Desa Mendolo
  3. Desa Bantarkulon dimenangkan oleg Cahyusup ( Padi ) 314 suara sedangkan Rochim memperoleh 47 suara dan suara tidak sah sebanyak 73. 
    Calon Kepala Desa Bantarkulon

Pelaksanaan Pilkades berjalan lancar dan aman. Pada bulan September ini sebenarnya ada empat desa yang akan melaksanakan Pilkades, namaun untuk Desa Lebakbarang sampai sekarang belum ada yang mendaftar sebagai bakal calon Kepala Desa.

13/09/13

Mitos dan Fakta Madu

Madu tawon liar dari hutan di Desa Mendolo


Salah satu hasil alam unggulan di Kecamatan Lebakbarang adalah madu. Madu dari lebah liar, baik tawon gung maupun lanceng cukup terkenal di daerah Pekalongan. Desa Mendolo menjadi salah satu desa yang memasok madu tawon liar. 


Bicara masalah madu, banyak sekali teori di masyarakat untuk menakar keaslian dan kualitas sebuah madu. Sayang sebagian besar salah kaprah. Beberapa mitos terkait hal tersebut antara lain:


Mitos : Madu asli tidak dikerubungi semut
Fakta : Tidak betul. Fakta berbicara, semut sering menjadi masalah bagi peternak lebah. Tapi semut memang tidak menyukai madu tertentu yang rasanya terlalu asam.

Mitos : Madu tidak akan basi
Fakta : Semua madu yang disimpan tidak dalam penyimpanan yang disegel akan menyerap kelembaban dari udara dan bisa menjadi basi. Kalau disegel dengan baik dan disimpan dalam temperatur ruagan, barulah tidak akan basi.

Mitos : Jangan minum madi yang sudah mengkristal
Fakta : Perubahan bentuk tidak mengubah kualitas dan nutrisi madu.

Mitos : Pasien diabetes tidak boleh minum madu.
Fakta : Madu aspal kadang ditambah gula, dan sebaiknya dihindari. Tapi madu alami masih bisa dikonsumsi oleh penderita diabetes. madu memiliki indeks glikemik rendah yang artinya sehat diserap darah.

Mitos : Kualitas madu tergantung warnanya.
Fakta : Tidak betul, setiap madu tergantung sumber bunganya sehingga warnanya akan berbeda-beda.

Mitos : Kuning telur akan matang jika dicampur madu asli.
Fakta : Sebenarnya kuning telur bukan matang, tapi hanya mengumpal (koagulasi). Itu adalah reaksi ketika sifat asam dari madu bercampur dengan protein dan lemak dari kuning telur.      

Pelatihan Internet

Pembukaan pelatihan oleh Camat
Untuk mengenalkan internet kepada pegawai kecamatan dan perangkat desa, Kecamatan Lebakbarang menyelenggarakan Pelatihan Internet. Pelatihan dilaksanakan di Aula Kecamatan pada tanggal 13 September 2013.

Peserta berasal dari pegawai kecamatan dan dari desa masing-masing 2 orang. Peserta tampak antusias mengikuti pelatihan. Nara sumber dari PT. Telkom sekaligus menyediakan jaringan internetnya.

Peserta dikenalkan dasar-dasar internet dan pembuatan email. Ada peserta yang sudah memiliki email dan sudah terbiasa berhubungan dengan internet, tetapi ada pula yang baru kenal internet untuk pertama kali.

Semoga kegiatan ini bermanfaat dan bisa ditindaklanjuti dengan ketersediaan jaringan dan biaya koneksi yang terjangkau.
Peserta membuat email sekaligus mengoperasikannya

Watu Lumpang

Watu Lumpang dan Padepokan di belakangnya

Sejarah singkat asal mula Padepokan Depok yang terdapat di Desa Depok Kecamatan Lebakbarang Kabupaten Pekalongan yang didalamnya terdapat  1 unit bangunan yang berukuran 4 M2 yang didalamnya terdapat semacam candi yang terbuat dari tanah liat, 2 buah batu yang mirip kuwali yang dinamakan Batu Lumpang 

Asal muasal Desa Depok  konon menurut nara sumber yaitu Juru Kunci Petilasan Depok, Mbah Kentar. Beliau sebagai juru kunci yang menggantikan juru kunci yang lalu mulai tahun 2000 sampai sekarang.
Menurut  cerita turun temurun dari leluhur masyarakat Desa Depok jaman dahulu berkumpulah wali sembilan di Masjid Demak dan melakukan sholat berjamaah setelah selasai sholat mereka membagi tugas untuk menyiarkan agama islam ke seluruh penjuru nusantara. Kebetulan pada jaman itu datang pendatang dari semarang  seorang Waliluloh yaitu Sunan Giri Roso beliau memimpin padepokan sebelum di jadikan Desa depok.
Cikal bakal dari padepokan adalah individu yang berkumpul dan membentuk suatu perkumpulan semacam pondok pesantren yang diprakarsai dan mempercayakan kepada Eyang Bramasari dan Nyai Bamasari  juga kepada Mbah Jaga Wedana dan Nyai Jaga Wedana  beliau  adalah seorang ulama yang juga termasuk walilulloh berasal dari daerah Lamongan Jawa Timur beliau mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Kyai Bacut dan yang kedua Kyai Gede Duga Sewu dan Nyai Gede Ajar Sewu yang berasal dari Daerah Lamongan Jawa Timur juga, meeika mendirikan padepokan untuk mengajarkan Agama Islam, beliau mempunyai seorang anak perempuan yang bernama Kardinah.
Dari keturunan pasangan tersebut mempunyai anak laki-laki bernama Kyai Sipa dan kawin dengan seorang perempuan yang bernama Nyai Fatimah, dari perkawinan tersebut mempunyai anak bernama Kyai Bari dan kawin dengan permpuan yang bernama Nyi Dukun Nawang Wulan.
Tinggal di padepokan dan menurunkan anak cucu sampai sekarang dan menjadi Desa Depok dan petilasan itu dinamakn Petilasan Padepokan Depok yang dibuktikan dengan peninggalan – peninggalan yang bersejarah seperti ada dua batu lumpang yang didalamnya selalu terisi air tidak pernah kering. Ukuran lumpang berdiameter 30 cm.
Watu Lumpang yang masih utuh dan yang sudah pecah disebelahnya

 Menurut cerita jaman dahulu air yang didalamnya digunakan untuk tempat bersuci bagi para santri dan sekarang dipercayai oleh warga setempat air itu menjadi air keramat yang bisa digunakan berbagai hal untuk kebaikan yang penting sudah mendapat ijin dari juru kunci dan yang satu lagi menurut cerita dari nara sumber jaman dahulu dipinjam oleh Pemerintah Kabupaten Pekalongan untuk pameran peninggalan benda bersejarah tiba-tiba dengan ajaib kembali dengan sendirinya tetapi batunya pecah menjadi 4 bagian karena menurut cerita dilemparkan dari Pekalongan sempai ke padepokan Depok karena tidak diijinkan oleh yang mbaurekso sehingga sampai sekarang tinggal 1 batu lumpang yang masih utuh.
Yang kedua terdapat bangunan terbuat dari papan dan beratapkan ijuk dengan ukuranya sekitar 4 M2 yang didalamnya terdapat bangunan dari tanah liat yang bentuknya mirip candi, itu juga sangat ajaib kadang kala candi itu kelihatan membesar dan kadang kelihatan kecil dan itu merupakan kejadian alam tanpa rekayasa manusia, itu biasanya kalau ada orang yang berziaroh ke petilasan digunakan untuk berwasilah berdoa kepada Allah SWT melalui tempat itu karena tempatnya sangat hening dan sunyi.
Diperkirakan umur dari petilasan tersebut sudah ribuan tahun sejak Desa Depok belum terbentuk sudah ada dan sampai sekarang masih dirawat oleh juru kunci dan masyarakat Desa Depok , setiap bulan Muharam dan bulan Sakban diadakan khaul dan do`a bersama di padepokan tersebut untuk mendoakan arwah para leluhur.
Apa bila para peziarah mau masuk ke dalam lokasi itu diharuskan mengucapkan salam terlebih dahulu dan membaca basmalah dan dibimbing oleh juru kunci petilasan.
Pintu gerbang ke Petilasan Watu Lumpang

Agustusan di Lebakbarang

Pengibaran Bendera pada Detik-Detik Proklamasi

Tidak seperti di kecamatan lain, peringatan HUT Kemerdekaan RI atau Agustusan di tingkat kecamatan di Lebakbarang bisa dibilang sangat meriah. Konon di Kabupaten Pekalongan, peringatan Agustusan tingkat kecamatan yang meriah selain di Lebakbarang adalah di hanya Kecamatan Petungkriyono. Di kedua kecamatan ini kegiatan peringatan dipusatkan di kecamatan dan di tingkat desa sangat minim kegiatan. Bahkan setiap rumah/ keluarga ditarik iuran untuk pendanaan kegiatan ini.

Kegiatan tahun ini, seperti tahun-tahun sebelumnya pada malam resepsi/ tanggal 17 Agustus malam diselenggarakan pagelaran wayang. Dengan dana yang berasal iuran dari warga, pegawai, pengusaha se Kecamatan Lebakbarang, kegiatan tahun ini antara lain :

1. Pengukuhan Paskibra tanggal 15 Agustus 2013

Pengukuhan Paskibra oleh Camat di Balai Desa Lebakbarang


2. Lomba voly antar desa tanggal 15 Agustus 2013
3. Tasyakuran/ Tirakatan 
   
Penyerahan Tumpeng dari Tokoh Tua kepada Tokoh Muda


4. Upacara Detik Detik Proklamasi dan Penurunan Bendera tanggal 17 Agustus 2013
 
Pasukan Pengibar Bendera
 
Penuruan Bendera, Kapolsek selaku Inspektur Upacara
5. Lomba Tumpeng
6. Lomba Ajang Kreatifitas PAUD
   
Ajang Kreatifitas PAUD

7. Lomba Tarik Tambang
  
Tarik Tambang, dilaksanakan setelah Upacara mampu menyedot perhatian warga

8. Karnaval
 
Peserta Karnaval dari Dukuh Montong mengusung tema Bhinneka Tunggal Ika
 
9. Hiburan Organ Tunggal
10. Pagelaran Wayang Kulit, Dalang Ki Mangun
  
Pagelaran Wayang Kulit semalam suntuk, warga antusias untuk menyaksikan

Mulai tanggal 16 Agustus sore, para pedagang sudah mulai berdatangan dan menggelar dagangannya di sekitar Balai Desa dan Pasar Desa Lebakbarang. Pedagang ini berasal dari Lebakbarang dan kecamatan lain, karena memang setiap tahun perayaan Agustusan mendatangkan banyak pengujung bahkan berasal dari kecamatan lain.

12/09/13

Beranda

selamat datang di Kecamatan Lebakbarang
Kantor Kecamatan Lebakbarang

10/09/13

Pernak - Pernik Lebakbarang

Acara lepas sambut Pejabat Eselon




Peta Wilayah





Lebakbarang

Curug Cinde

Keindahan alam yang tersembunyi

Curug Cinde 


Curug Cinde atau air terjun Cinde merupakan salah satu objek wisata alamiah yang terdapat di Kecamatan Lebakbarang tepatnya di Desa Depok. Desa Depok sendiri kira – kira 24 km dari Kecamatan Karanganyar.
Perjalanan menuju objek wisata ini kita akan disuguhi pemandangan alam yang sangat mempesona dan masih asri. Perjalanan melewati tengah hutan yang penuh dengan suara serangga – serangga serta jalan pegunungan yang berkelok – kelok dan juga penuh dengan tanjakan serta turunan dan gemericik suara air sungai hingga suasana alam pedesaan khas daerah pegunungan lengkap dengan suasana kehidupan masyarakatnya.

Perjalanan menuju curug Cinde dapat ditempuh dengan sepeda motor ataupun bisa menumpang menggunakan kendaraan mobil bak terbuka atau masyarakat setempat biasa menyebutnya mobil “doplak”.

Untuk menuju Curug Cinde yang terletak di Kecamatan Lebakbarang tepatnya di Desa Depok bila dari Kota Pekalongan kita bisa menggunakan jasa bus ataupun angkutan pedesaan dari Terminal Pekalongan menuju Kecamatan Karanganyar.

Dari perempatan Karanganyar tepatnya di depan Kantor Kecamatan Karanganyar atau dari pasar Karanganyar bisa menggunakan mobil bak terbuka atau biasa disebut “doplak” menuju Kecamatan Lebakbarang ataupun bisa langsung menuju Desa Depok dengan jarak kira – kira 10 Km dari kota Kecamatan Lebakbarang.

Perjalanan dari Karanganyar menuju Kecamatan Lebakbarang juga melalui jalan desa Lolong, yaitu sebuh desa yang terkenal dengan penghasilan durian. Di sini juga terdapat wahana arung jeram.

Perjalanan ke Curug Cinde dari Desa Depok hanya dapat ditempuh dengan jalan kaki karena akses ke sana hanya berupa jalan setapak. Dengan jarak kurang lebih 2,5 km atau kuarang lebih 2 jam jalan kaki. Meskipun perjalanan yang kita lewati sebelum sampai ke lokasi air terjun adalah jalan setapak namun pemandangan yang disuguhkan selama kita berjalan menuju lokasi Curug Cinde bisa menjadi salah satu bidikan kamera untuk diabadikan dalam gambar. Sebelum samapi ke Curug Cinde kita akan ketemu air terjun Curg Silengsar.
Lokasi curug Cinde memberikan kita pemandangan yang khas daerah pegunungan, bebatuan besar dan berserakan dimana-mana khas daerah jalur air, pepohonan tinggi yang menjulang ke angkasa, suara gerasnya air terjun berjatuhan dari tebing yang tinggi. 

Selain menikmati indahnya ciptaan Tuhan yang terletak di desa yang berbatasan langsung dari Kabupaten Banjarnegara ini kita pun dapat menikmati alam pedesaan yang masih sangat asri.

Masih terdapat beberapa pembangkit listrik tenaga air (kincir air) yang digunakan oleh warga depok khususnya untuk memenuhi kebutuhan penerangan sehari – hari mereka. Selain itu kita pun dapat menikmati hijaunya pemandangan sawah yang baru akan menguning ataupun sekedar mampir dan sowan ke rumah penduduk desa dan ramah – ramah untuk sekedar mampir untuk menikmati kopi khas Lebakbarang, yaitu kopi buatan sendiri yang cara pembuatanya masih ditumbuk menggunakan alat penumbuk tradisional yang juga merupakan salah satu hasil mata pencaharian para penduduk Kecamatan Lebakbarang bila musim panen telah tiba.
Di Desa Depok, kita juga bisa mengunjungi peninggalan cagar budaya berupa batu berbentuk lumpang, yang oleh masyarakat sekitar disebut Watu Lumpang.

Curug Cinde 29/09/13

Agustus 2013.doc

Visi Misi



A.   VISI
Dengan memperhatikan Tugas Pokok dan Fungsi yang dimiliki serta kondisi dan potensi yang diinginkan ke depan, maka visi Kecamatan  Lebakbarang Kabupaten Pekalongan, adalah :
Mewujudkan Masyarakat Lebakbarang Yang Maju, Berkesejahteraan dan Bermartabat Yang Berbasis Pada Kearifan Lokal.

B.   MISI
Untuk mewujudkan visi tersebut, maka dapat dijabarkan dalam misi adalah sebagai berikut:
  1. Mendorong SDM masyarakat Lebakbarang agar semakin berdaya guna, aktif dan kreatif sesuai dengan potensi lokal dan mampu bersaing untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat,
  2. Menciptakan iklim yang kondusif untuk mendukung kreatifitas masyarakat Lebakbarang agar lebih aman, nyaman, tentram dan bermartabat sesuai dengan kearifan lokal,
  3. Mendukung dan ikut serta memfasilitasi upaya peningkatan sarana prasarana umum yang lebih memadai dalam rangka mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat Lebakbarang,
  4. Mendorong tercukupinya sarana prasarana penerangan jalan dan pemukiman penduduk untuk menunjang aktifitas dan kreativitas masyarakat Lebakbarang,
  5. Mendorong sikap mental masyarakat Lebakbarang untuk semakin tanggap darurat terhadap kemungkinan munculnya gangguan alam sehingga mampu melakukan upaya pencegahan, antisipasi dan mengatasi dengan segera,
  6. Mengupayakan peningkatan sarana prasarana kantor dan rumah dinas Kecamatan Lebakbarang sebagai pusat kegiatan pelayanan masyarakat agar lebih representatif

Profil Wilayah


Kecamatan Lebakbarang merupakan wilayah Kabupaten Pekalongan terletak di sebelah selatan Kabupaten Pekalongan yang berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara. Letak ketinggian Kecamatan ini berada pada 691 meter di atas permukaan laut, beriklim dingin dan lembab dengan suhu berkisar antara 18  -  30 ˚ C, dan curah hujan berkisar antara 4500 hingga 6000 mm  pertahunnya .
Batas wilayah Kecamatan Lebakbarang adalah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara         : Kecamatan Karanganyar dan Kecamatan Doro ;  
2. Sebelah Selatan       : Kecamatan Kalibening Kab. Banjarnegara ;
3. Sebelah Barat         : Kecamatan Paninggaran ;
4. Sebelah Timur         : Kecamatan Petungkriyono .
Luas Wilayah Kecamatan Lebakbarang kurang lebih seluas  5.820,141  Ha yang sebagian besar adalah hutan Negara seluas 4.448,111 Ha. dan pemukiman seluas 151,455 Ha (2,6%) dari luas wilayahnya. Lebakbarang adalah gambaran wilayah hutan lindung dan hutan budidaya terbatas yang relatif masih lestari, memiliki ibu kota kecamatan terletak di Desa Lebakbarang yang secara administratif terbagi menjadi 11 Desa yaitu:

  1.      Desa Tembelanggunung;
  2.      Desa Pamutuh;
  3.      Desa Depok;
  4.      Desa Wonosido;
  5.      Desa Timbangsari;
  6.      Desa Sidomulyo;
  7.      Desa Kutorembet;
  8.      Desa Lebakbarang;
  9.      Desa Kapundutan;
  10.      Desa Bantarkulon;
  11.      Desa Mendolo.

Dengan jumlah dusun sebanyak 38 Dusun , 3.073 KK, 29 RW dan 81 RT dengan jumlah Penduduk pada akhir Desember Tahun 2012 mencapai  11.213 orang terdiri dari 5.719 ( L )  dan  5.494 ( P ). 
Sebagian besar penduduk bermata pencaharian dalam bidang pertanian, perkebunan dan peternakan. Dalam pengolahan lahan pertanian masih bersifat tradisional, sehingga perlu adanya peningkatan pembinaan penyuluhan pertanian
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...