|
Watu Lumpang dan Padepokan di belakangnya |
Sejarah singkat asal mula Padepokan
Depok yang terdapat di Desa Depok Kecamatan Lebakbarang Kabupaten Pekalongan yang
didalamnya terdapat 1 unit bangunan yang
berukuran 4 M2 yang didalamnya terdapat semacam candi yang terbuat
dari tanah liat, 2 buah batu yang mirip kuwali yang dinamakan Batu Lumpang
Asal muasal Desa Depok konon menurut nara sumber yaitu Juru
Kunci Petilasan Depok, Mbah Kentar. Beliau sebagai juru kunci
yang menggantikan juru kunci yang lalu mulai tahun 2000 sampai sekarang.
Menurut cerita turun temurun dari leluhur masyarakat Desa
Depok jaman dahulu berkumpulah wali sembilan di Masjid Demak dan melakukan
sholat berjamaah setelah selasai sholat mereka membagi tugas untuk menyiarkan
agama islam ke seluruh penjuru nusantara. Kebetulan pada jaman itu datang pendatang dari semarang seorang Waliluloh
yaitu Sunan Giri Roso beliau memimpin padepokan sebelum di jadikan Desa depok.
Cikal bakal dari padepokan adalah individu yang berkumpul dan membentuk suatu
perkumpulan semacam pondok pesantren yang diprakarsai dan mempercayakan kepada
Eyang Bramasari dan Nyai Bamasari juga
kepada Mbah Jaga Wedana dan Nyai Jaga Wedana
beliau adalah seorang ulama yang
juga termasuk walilulloh berasal dari daerah Lamongan Jawa Timur beliau
mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Kyai Bacut dan yang kedua Kyai
Gede Duga Sewu dan Nyai Gede Ajar Sewu yang berasal dari Daerah Lamongan Jawa
Timur juga, meeika mendirikan padepokan untuk mengajarkan Agama Islam, beliau
mempunyai seorang anak perempuan yang bernama Kardinah.
Dari keturunan pasangan
tersebut mempunyai anak laki-laki bernama Kyai Sipa dan kawin dengan seorang
perempuan yang bernama Nyai Fatimah, dari perkawinan tersebut mempunyai anak
bernama Kyai Bari dan kawin dengan permpuan yang bernama Nyi Dukun Nawang
Wulan.
Tinggal di padepokan dan
menurunkan anak cucu sampai sekarang dan menjadi Desa Depok dan petilasan itu
dinamakn Petilasan Padepokan Depok yang dibuktikan dengan peninggalan –
peninggalan yang bersejarah seperti ada dua batu lumpang yang didalamnya selalu
terisi air tidak pernah kering. Ukuran lumpang berdiameter 30 cm.
|
Watu Lumpang yang masih utuh dan yang sudah pecah disebelahnya |
Menurut cerita jaman dahulu air yang
didalamnya digunakan untuk tempat bersuci bagi para santri dan sekarang
dipercayai oleh warga setempat air itu menjadi air keramat yang bisa digunakan
berbagai hal untuk kebaikan yang penting sudah mendapat ijin dari juru kunci dan
yang satu lagi menurut cerita dari nara sumber jaman dahulu dipinjam oleh Pemerintah
Kabupaten Pekalongan untuk pameran peninggalan benda bersejarah tiba-tiba dengan
ajaib kembali dengan sendirinya tetapi batunya pecah menjadi 4 bagian karena menurut cerita dilemparkan
dari Pekalongan sempai ke padepokan Depok karena tidak diijinkan oleh yang
mbaurekso sehingga sampai sekarang tinggal 1 batu lumpang yang masih utuh.
Yang kedua terdapat bangunan
terbuat dari papan dan beratapkan ijuk dengan ukuranya sekitar 4 M2
yang didalamnya terdapat bangunan dari tanah liat yang bentuknya mirip candi,
itu juga sangat ajaib kadang kala candi itu kelihatan membesar dan kadang
kelihatan kecil dan itu merupakan kejadian alam tanpa rekayasa manusia, itu
biasanya kalau ada orang yang berziaroh ke petilasan digunakan untuk berwasilah
berdoa kepada Allah SWT melalui tempat itu karena tempatnya sangat hening dan
sunyi.
Diperkirakan umur dari
petilasan tersebut sudah ribuan tahun sejak Desa Depok belum terbentuk sudah
ada dan sampai sekarang masih dirawat oleh juru kunci dan masyarakat Desa Depok
, setiap bulan Muharam dan bulan Sakban diadakan khaul dan do`a bersama di
padepokan tersebut untuk mendoakan arwah para leluhur.
Apa bila para peziarah mau
masuk ke dalam lokasi itu diharuskan mengucapkan salam terlebih dahulu dan
membaca basmalah dan dibimbing oleh juru kunci petilasan.
|
Pintu gerbang ke Petilasan Watu Lumpang |